Friday, July 22, 2005

Bincang b e d a generasi..

Disuatu siang pada hari sabtu yang cerah..

"In, sini bentar.. bantuin ibu memotong sayuran"
"Iya bu, bentar nih, ambil minum dulu"
Setelah meneguk minuman dingin dari kulkas, iin menghampiri
sang ibu yang sedang memasak..

Kalau hari sabtu atau minggu, dikala iin tidak pergi ke kantor
dapat dipastikan dia selalu berusaha membantu kegiatan sang ibu,
apa pun itu.. bisa ikut ke pasar untuk membantu bawa keranjang
plus sambil minta dibelikan camilan.. atau membantu kegiatan
memasak di dapur, walaupun hanya potong memotong dan
mencuci sayuran. Karena bila tiba waktu mematangkan sayuran
yang telah dipotong, iin kurang menyukai.. gerah bin panas
begitu jawabnya setiap kali sang ibu menanyakan alasan
kenapa tidak mau ikutan di depan kompor mematangkan
segala rupa sayuran itu.

Kegiatan "menghabiskan waktu" bersama sang ibu selalu
disempatkan iin setiap minggu, karena pada saat itulah dia
dapat berbagi cerita dengan bebas tanpa hambatan kepada
wanita yang telah mengandung-melahirkan dan membesar
kannya hingga berusia lewat seperempat abad ini..
Bersama sang ibu, iin merasakan segala kasih - dukungan -
cinta - sayang dan doa yang tiada terkira dan tiada putusnya
selama hidupnya didunia ini..

Selama masa berbagi cerita itu, iin juga bisa mengetahui
segala hal yang dialami sang ibu dan seluruh keluarga selama
dia tidak ada dirumah.. Dan kalau beruntung juga dapet berita
seputaran tetangga2 dan saudara2 lainnya.. Lumayan dapet
bahan kalau tiba2 berpapasan dengan mereka, begitu iin
pikir.

"Ah.. Kegiatan ini memang menyenangkan sekali dilakukan",
begitu selalu yang ada dalam fikiran iin setiap kali bercakap2
dengan sang ibu.

Setelah ngalor ngidul panjang lebar mereka saling berbagi cerita,
sang ibu dengan nada tenang tanpa tekanan bertanya kepada
anak gadisnya yang telah membantunya memasak siang ini.

"Nak, bagaimana kabar temanmu yang pernah dikenalkan oleh
Andi waktu itu?"
"Kabar mas itu maksud ibu?"
"Iya, kok ibu gak denger cerita tentang dia lagi dari kamu"
"Rasanya sih dia baik-baik aja deh bu.. dah lama juga kok kita
gak saling kontak"
"Lho?.. Memang ada apa, kok kalian sampai tidak saling
kontak begitu?".. sambil sang ibu masih terus memasak kangkung
yang ditumis seperti pesanan mbak Nana kemaren..
"Memangnya kamu gak coba kontak dia lagi?".. ibu melanjutkan
pertanyaan dengan nada datar tapi penuh kasih dan sayang..

Iin sempat terdiam mendengar pertanyaan sang ibu..
"Enggak bu ah.. Males!"
"Lho?.. Kenapa kok males?.. Lumayan nambah temen kan?"
"Iya sih. Lagian kalo temen kan juga gak harus tiap saat ditelfonin..
Yaa kayak saya ma temen2 yang laen juga santai kan?..
Kalo mo ngontak, ya ngontak.. kalo enggak pun cuek aja,
mikirnya palingan lagi sibuk aja, gitu kan bu?"
"Iya sih.. Tapi.."
Sambil mengangkat wajan panas berisi tumis kangkung yang
sudah matang sang ibu bicara lagi, tapi belom sempet meneruskan
sudah keburu dipotong..
"Gak tau deh bu, emang bukan dia kali orang yang dipilih
Tuhan tuk saya, buktinya ngerasa gak asik bin gak dimudahin
tuh jalannya"
"Lagian.. banyak hal yang saya ngerasa gak nyaman kalo bersama
dia. Banyak lah, dari cara berfikir, cara bergaul, berpendapat...
Macem2lah.. Rasanya kita berada di gelombang yang beda. Gak
ada yang salah mungkin, hanya sulit aja tuk bisa mathcing-in..
Kita berdua gak ada yang mau nurunin Ego masing2.. Jadi berasa
sulit untuk dilalui".

Sang ibu tersenyum mendengar jawaban iin, sudah biasa beliau
mendapat jawaban seperti itu. Entah apa yang ada dalam fikiran
sang ibu, tapi dengan nada penuh kasih dia tau bahwa anaknya
butuh dukungan dan doa..

Setelah kejadian terdahulu, ketika iin gagal melanjutkan hubungan
dengan pria dari pulau seberang yang akhirnya gagal juga rencana
pernikahan mereka, sang ibu merasa iin lebih selektif dalam urusan
dengan pria. Sejujurnya, sang ibu kurang menyetujui hubungan
iin terdahulu itu, entah apa yang membuat ibu kurang menyetujui..
hanya menurutnya pria itu kurang ada niat baik terhadap iin, dan itu
terlihat dalam sorot matanya ketika beberapa kali mereka sempat
bertemu muka dan bercakap beberapa saat.

Tapi melihat bagaimana sedihnya iin ketika mendengar kabar pria
yang dicintai dan pernah hampir dijadikan tempat bersandar itu
menikah dengan wanita lain, rasa keibuannya yang tidak terima
melihat anak gadisnya diperlakukan tidak layak seperti itu, membuat
sang ibu yakin kalau rasa cinta yang iin punya untuk pria itu tidak
main-main..
Namun apa lacur, semua sudah terjadi. Pernikahan pria itu dengan
wanita lain disana sudah terjadi, apa pun yang sang ibu bisa lakukan
tidak akan merubah apa pun.. Kecuali dia tetap memberikan
dukungan dan doa yang tiada henti agar anak gadisnya mendapat
pengganti yang jauh lebih baik dari pria yang telah mengkhianatinya
itu.. Sang ibu percaya, Tuhan juga lah yang membuat semua ini
terjadi, dan Dia juga lah yang akan membuat semuanya indah tepat
pada waktunya nanti..

Setelah sang ibu berhasil menuntaskan kegiatan masak memasak
siang itu, dan iin juga dilihatnya telah selesai membenahi segala
peralatan yang digunakan untuk memasak.. Sekali lagi, jauh
didalam hatinya sang ibu mengucap doa tulus untuk anak gadisnya
tersebut, "Tuhan berilah kami semua kesabaran dan keikhlasan
dalam menjalani semua cobaan ini. Berikan anakku jodoh yang
soleh dan baik menurut-Mu.. Amin!"

"Ya udah.. Kalo memang kamu gak nyaman ngejalaninnya yaa
gak usah dipaksain. Memang belom waktunya ajah ketemu jodoh.
Yakin aja, kalau Tuhan pasti menciptakan makhluknya berpasang
pasangan, pasti ada lah satu hari nanti jodoh yang soleh dan
baik untuk kamu.. percaya deh ama ibu".

Iin yang sedang menyapu lantai dapur, terdongak mendengar
jawaban sang ibu. Sambil tersenyum dan merasakan siraman
sejuk dalam hatinya dia mengucap syukur teramat sangat
karena telah diberikan kesempatan menjadi anak seorang
wanita yang penuh cinta dan kasih kepada semua orang,
tak terkecuali kepada anak2nya ini.

"Iya, saya percaya itu kok bu.. Makasih ya.."
Dengan jawaban yang demikian singkat, iin tahu bagaimana
sang ibu paham apa yang sebenarnya ingin dia sampaikan.
Iin tidak sanggup melanjutkan ucapannya lagi.. dia tidak ingin
sang ibu melihat genangan air yang keluar dari matanya..
air mata haru dan bahagia karena sang ibu selalu ada disana
untuk mendukung dan mengasihinya.

Akhirnya dua anak manusia beda generasi itu dapat menuntaskan
tugas harian yang paling menyenangkan di sabtu ceria itu..
Tuhan memang telah mengatur semuanya..
Tuhan tahu mereka pasti berhasil melewati semua ini, karena
Tuhan tidak akan memberi cobaan diluar kemampuan umatnya.