Nothing special.. Biasa.
Yeah right.. setelah 'kejadian kemaren' bisa biasa,
jadi keterusan semuanya gak dirasain pake hati.
Lempeung wee..
Ada kalanya kita makan gak dirasain,
bisa karena emang lagi gak enak badan..
bisa karena emang lagi gak punya waktu tuk ngerasa..
bisa karena emang gak ada lagi makanan laen,
tapi perut dah berontak minta diisi..
jadi yaa gitu, gak usah dirasa, telen aja!
Gitu juga hari-hari gue sekarang, gak dirasa..
pagi bentar di rumah, seharian ada di tempat yang gaji gue,
pulang ke rumah, tidurr.. besoknya gitu lagi.
terus en terus en terus en terus..
gak usah tanya sampe kapan, gak tau juga kapan end-up-nya..
gak usah ditanya, gak usah dirasa, telen aja!
BIASA dah jadi bagian dari hidup gue deh sekarang..
Tuesday, December 06, 2005
Biasa
"Ibu, tolong kau pegang tangan ini, dingin sekali rasanya."
"Iya nak, dingin sekali tanganmu. Apa kau sakit?"
"Entahlah ibu. Rasanya sih enggak."
"Tapi kenapa tanganmu dingin nak?"
"Entahlah."
"Apa dadamu berdebar?"
"Sepertinya iya. Lebih cepat detakannya ku rasa."
"Apa yang kau rasa nak?"
"Entahlah ibu. Aku hanya merasa tidak nyaman."
"Adakah yang kau rasakan sakit dibadanmu nak?"
"Semua seperti biasa bu. Tapi memang tidak nyaman."
"Kalau begitu, ada yang bikin kamu tidak nyaman nak."
"Bisa jadi bu.."
Tangan ini memang dingin. Dada ini memang seperti
berdetak lebih kencang. Leher ini juga terasa lebih hangat.
Aku pun gak tau apa yang terjadi. Semua seperti biasa,
tidak ada yang kurasa sakit. Tapi kenapa aku merasa
ada sesuatu yang bikin gak nyaman, ada sesuatu yang
mengganjal dalam hati. Ada sesuatu dalam otak yang
tidak bisa aku keluarkan. Ada sesuatu dalam fikiran yang
aku sendiri gak bisa mengerti. Ada sesuatu.
"Ibu, kenapa semua orang sepertinya berubah?"
"Berubah apanya nak?"
"Entahlah ibu. Semua seperti berubah. Tidak seperti
yang biasa terlihat. Semua bergerak."
"Adakah kau rasa sakit di kepala mu nak?"
"Tidak ibu. Tidak ada rasa sakit di kepala ini."
"Lalu apa yang membuat mu berfikir semua berubah?"
"Entahlah ibu. Mereka seperti jauh, makin menjauh,
dan semakin menjauh dari titik ini."
"Semua orang pasti berubah nak. Tak terkecuali
dirimu kelak. Begitu pula titik ini."
"Benarkah itu ibu?"
"Tepat sekali anakku! Semua pasti berubah.
Tidak ada yang tidak. Kecuali perubahan itu sendiri."
"Lalu kapankah saya berubah ibu?"
"Entahlah nak. Ibu juga tidak mengerti."
"Lalu kenapa mereka berubah sekarang ibu?"
"Ibu juga tidak tau nak. Tidak ada yang tau. Tidak
terkecuali orang yang bersangkutan."
"Akankah tiba waktu untuk ku ibu?"
"Pasti nak. Pasti itu."
"Tapi kapan? Saya tidak sabar menunggu. Mereka
sudah meninggalkan saya ibu. Apa yang bisa saya
perbuat disini. Titik ini pun semakin menjemukan.
Dia seperti menolak kehadiran saya lagi. Mereka
berlari. Saya diam. Begitu pula titik ini tidak ingin
tetap diam. Saya bingung harus bagaimana ibu."
"Diamlah nak. Ikuti masa mu. Ikuti arus membawa mu.
Ikuti arah angin berhembus. Ikutlah bersama mereka."
"Tapi kemana mereka akan membawa ku ibu? Aku
takut tersesat. Aku takut salah melangkah."
"Ibu juga tidak paham kemana mereka akan membawa
dirimu nak. Tapi percayalah, kamu pasti bisa. Kamu
pasti bisa kemana pun angin membawamu. Kamu
pasti bisa."
"Mungkinkah itu ibu?"
"Sangat mungkin anak ku!"
"Lalu bagaimana dengan ibu. Akankah ibu mengikuti ku?"
"Tentu tidak sayang. Ibu akan tetap disini. Dihatimu.
Dibayangmu. Dikasimu. Dinafasmu. Ibu tidak akan pergi.
Apapun yang terjadi padamu."
"Benarkah itu ibu?"
"Benar sekali anakku. Tidak ada yang bisa memisahkan kita.
Tidak ada yang bisa menjauhkan kita. Kita tetap satu."
"Terima kasih ibu. Tanpamu aku tiada arti. Kamulah
duniaku. Kamulah bintangku. Kamulah jagat rayaku."
"Begitu juga dirimu nak. Kamu segalanya untuk ibu."
Perlahan tapi pasti, tangan ini mulai menghangat.
Dada ini perlahan menurunkan debarnya. Leher ini
pun menurunkan kadar hangatnya. Semua kembali
menjadi biasa. Ya biasa.
"Iya nak, dingin sekali tanganmu. Apa kau sakit?"
"Entahlah ibu. Rasanya sih enggak."
"Tapi kenapa tanganmu dingin nak?"
"Entahlah."
"Apa dadamu berdebar?"
"Sepertinya iya. Lebih cepat detakannya ku rasa."
"Apa yang kau rasa nak?"
"Entahlah ibu. Aku hanya merasa tidak nyaman."
"Adakah yang kau rasakan sakit dibadanmu nak?"
"Semua seperti biasa bu. Tapi memang tidak nyaman."
"Kalau begitu, ada yang bikin kamu tidak nyaman nak."
"Bisa jadi bu.."
Tangan ini memang dingin. Dada ini memang seperti
berdetak lebih kencang. Leher ini juga terasa lebih hangat.
Aku pun gak tau apa yang terjadi. Semua seperti biasa,
tidak ada yang kurasa sakit. Tapi kenapa aku merasa
ada sesuatu yang bikin gak nyaman, ada sesuatu yang
mengganjal dalam hati. Ada sesuatu dalam otak yang
tidak bisa aku keluarkan. Ada sesuatu dalam fikiran yang
aku sendiri gak bisa mengerti. Ada sesuatu.
"Ibu, kenapa semua orang sepertinya berubah?"
"Berubah apanya nak?"
"Entahlah ibu. Semua seperti berubah. Tidak seperti
yang biasa terlihat. Semua bergerak."
"Adakah kau rasa sakit di kepala mu nak?"
"Tidak ibu. Tidak ada rasa sakit di kepala ini."
"Lalu apa yang membuat mu berfikir semua berubah?"
"Entahlah ibu. Mereka seperti jauh, makin menjauh,
dan semakin menjauh dari titik ini."
"Semua orang pasti berubah nak. Tak terkecuali
dirimu kelak. Begitu pula titik ini."
"Benarkah itu ibu?"
"Tepat sekali anakku! Semua pasti berubah.
Tidak ada yang tidak. Kecuali perubahan itu sendiri."
"Lalu kapankah saya berubah ibu?"
"Entahlah nak. Ibu juga tidak mengerti."
"Lalu kenapa mereka berubah sekarang ibu?"
"Ibu juga tidak tau nak. Tidak ada yang tau. Tidak
terkecuali orang yang bersangkutan."
"Akankah tiba waktu untuk ku ibu?"
"Pasti nak. Pasti itu."
"Tapi kapan? Saya tidak sabar menunggu. Mereka
sudah meninggalkan saya ibu. Apa yang bisa saya
perbuat disini. Titik ini pun semakin menjemukan.
Dia seperti menolak kehadiran saya lagi. Mereka
berlari. Saya diam. Begitu pula titik ini tidak ingin
tetap diam. Saya bingung harus bagaimana ibu."
"Diamlah nak. Ikuti masa mu. Ikuti arus membawa mu.
Ikuti arah angin berhembus. Ikutlah bersama mereka."
"Tapi kemana mereka akan membawa ku ibu? Aku
takut tersesat. Aku takut salah melangkah."
"Ibu juga tidak paham kemana mereka akan membawa
dirimu nak. Tapi percayalah, kamu pasti bisa. Kamu
pasti bisa kemana pun angin membawamu. Kamu
pasti bisa."
"Mungkinkah itu ibu?"
"Sangat mungkin anak ku!"
"Lalu bagaimana dengan ibu. Akankah ibu mengikuti ku?"
"Tentu tidak sayang. Ibu akan tetap disini. Dihatimu.
Dibayangmu. Dikasimu. Dinafasmu. Ibu tidak akan pergi.
Apapun yang terjadi padamu."
"Benarkah itu ibu?"
"Benar sekali anakku. Tidak ada yang bisa memisahkan kita.
Tidak ada yang bisa menjauhkan kita. Kita tetap satu."
"Terima kasih ibu. Tanpamu aku tiada arti. Kamulah
duniaku. Kamulah bintangku. Kamulah jagat rayaku."
"Begitu juga dirimu nak. Kamu segalanya untuk ibu."
Perlahan tapi pasti, tangan ini mulai menghangat.
Dada ini perlahan menurunkan debarnya. Leher ini
pun menurunkan kadar hangatnya. Semua kembali
menjadi biasa. Ya biasa.
Kamu..
Ada rasa yang hilang..
Ada rasa yang lain..
Ada rasa yang gak bisa diungkapkan..
Ada rasa yang gak bisa dibagi..
Semua tentang kamu!
Dalam kesendirianmu..
Dalam keangkuhanmu..
Dalam kesombonganmu..
Dalam hikmatmu..
Dalam diammu..
Dalam sunyimu..
Semua milik kamu!
Aku tau ada banyak hati disana..
Aku tau ada banyak tawa disana..
Aku tau ada banyak canda disana..
Aku tau ada berjuta kasih disana..
Aku tau ada berjuta asa disana..
Aku tau ada berjuta mimpi disana..
Semua memang kamu!
Berjuta orang memujamu..
Berjuta orang menyukaimu..
Berjuta orang mengasihimu..
Berjuta orang memimpikanmu..
Berjuta orang mendambamu..
Berjuta orang menginginimu..
Semua hanya kamu!
Perkenalan..
Pertemanan..
Persahabatan..
Persaudaraan..
Kasih..
Asa..
Rasa..
Hanya kamu..
Cuma kamu..
Dan memang kamu!
Buat kamu disana, terima kasih atas segala hadirmu,
terima kasih atas segala kasihmu, terima kasih
atas bantuanmu, terima kasih atas bimbinganmu,
terima kasih atas segalanya..
Aku tau kamu bahagia!!
Ada rasa yang lain..
Ada rasa yang gak bisa diungkapkan..
Ada rasa yang gak bisa dibagi..
Semua tentang kamu!
Dalam kesendirianmu..
Dalam keangkuhanmu..
Dalam kesombonganmu..
Dalam hikmatmu..
Dalam diammu..
Dalam sunyimu..
Semua milik kamu!
Aku tau ada banyak hati disana..
Aku tau ada banyak tawa disana..
Aku tau ada banyak canda disana..
Aku tau ada berjuta kasih disana..
Aku tau ada berjuta asa disana..
Aku tau ada berjuta mimpi disana..
Semua memang kamu!
Berjuta orang memujamu..
Berjuta orang menyukaimu..
Berjuta orang mengasihimu..
Berjuta orang memimpikanmu..
Berjuta orang mendambamu..
Berjuta orang menginginimu..
Semua hanya kamu!
Perkenalan..
Pertemanan..
Persahabatan..
Persaudaraan..
Kasih..
Asa..
Rasa..
Hanya kamu..
Cuma kamu..
Dan memang kamu!
Buat kamu disana, terima kasih atas segala hadirmu,
terima kasih atas segala kasihmu, terima kasih
atas bantuanmu, terima kasih atas bimbinganmu,
terima kasih atas segalanya..
Aku tau kamu bahagia!!
Thursday, December 01, 2005
B aja kali..
Bukan..!
Bukan karena gue gak mau dateng ke acara lo..
Bukan juga semata karena kerjaan gue ini..
[emang banyak utang kerjaan, tapi bisalah diusahain kalo mau]
Bukan juga karena gue gak menghargai lo sebagai teman..
Bukan juga karena gue mengabaikan undangan lo..
[taukan gue sering kontak lo nanyain progres acara lo gimana]
Bukan juga karena gak ada budget tuk kesana..
[kalo gak foya2 adalah budgetnya]
Bukan juga karena gue gak pengen liat lo..
Sama sekali bukan!
Trus kenapa?..
Gue juga gak tau!
Gue cuma ngerasa, kayaknya kepergian gue kurang diridhoi..
Gue dah coba dari tiket, tapi tetep belom dapet..
Gue mo nekat pergi sendiri, kok kesannya semangat banget..
Gue mo pergi besoknya, males, kok pergi cuma sebentar..
Tapi mungkin bisa jadi bukan karena itu juga..
Karena apa dong?.. Gue sendiri gak tau!
Yang gue tau adalah gue harus ngadepin acara ini Biasa aja,
gak usah berlebih, gak usah terlalu semangat.
Karena pada akhirnya semua juga.. gue, lo, kita, semua yang ada
akan biasa aja ngejalanin ini..
Jadi yaaa... B aja kali.
[tolong jangan bersangka yang enggak2 ama gue]
Bukan karena gue gak mau dateng ke acara lo..
Bukan juga semata karena kerjaan gue ini..
[emang banyak utang kerjaan, tapi bisalah diusahain kalo mau]
Bukan juga karena gue gak menghargai lo sebagai teman..
Bukan juga karena gue mengabaikan undangan lo..
[taukan gue sering kontak lo nanyain progres acara lo gimana]
Bukan juga karena gak ada budget tuk kesana..
[kalo gak foya2 adalah budgetnya]
Bukan juga karena gue gak pengen liat lo..
Sama sekali bukan!
Trus kenapa?..
Gue juga gak tau!
Gue cuma ngerasa, kayaknya kepergian gue kurang diridhoi..
Gue dah coba dari tiket, tapi tetep belom dapet..
Gue mo nekat pergi sendiri, kok kesannya semangat banget..
Gue mo pergi besoknya, males, kok pergi cuma sebentar..
Tapi mungkin bisa jadi bukan karena itu juga..
Karena apa dong?.. Gue sendiri gak tau!
Yang gue tau adalah gue harus ngadepin acara ini Biasa aja,
gak usah berlebih, gak usah terlalu semangat.
Karena pada akhirnya semua juga.. gue, lo, kita, semua yang ada
akan biasa aja ngejalanin ini..
Jadi yaaa... B aja kali.
[tolong jangan bersangka yang enggak2 ama gue]
Subscribe to:
Posts (Atom)